Pembagian Daging di Istiqalal Ricuh (Balipost, 13/02 2003)
Berebut Daging Kurban, Sejumlah Warga Pingsan (Metro TV, 10/01 2006)
Sebagian masyarakat kita lebih cenderung menjadikan ritual qurban sebagai ajang untuk berpesta pora dengan menghabiskannya dalam waktu singkat. Bahkan tidak sedikit dari mereka makan secara isrof atau berlebihan karena berlimpahnya daging qurban. sebagian masyarakat lainnya masih menganggap bahwa daging qurban harus dihabiskan dalam masa-masa hari raya, sehingga ketika selesai masa-masa hari raya, tidak ada lagi daging qurban yang tersisa, dan bagi orang-orang miskin, ini berarti tidak ada lagi keceriaan, tidak ada lagi manfaat yang bisa mereka dapatkan, mereka kembali kepada kehidupan semula yang serba kekurangan dan rawan dengan pemurtadan, yang salah satu celah pemurtadan ini adalah faktor ekonomi.
“ 5 dari 10 masyarakat Kota Bandung menilai pendistribusian daging Qurban tidak tepat sasaran“ (Survey Efektivitas Qurban, 2005)
Sedangkan fenomena lain yang bisa kita liat pada saat penyebaran hewan Qurban adalah tidak meratanya distribusi di setiap daerah. Disatu daerah daging qurban tampak melimpah dan di daerah lainnya daging Qurban begitu terbatas. Kadangkala panitia Qurban sudah terlanjur lelah untuk memperhatikan penyalurannya karena saking banyak nya daging yang di amanahkan oleh masyarakat padahal daging Qurban harus segera di bagikan khwatir terlanjut busuk.
Pada saat ini, Negara kita adalah salah satu Negara miskin didunia yang didalamnya banyak terdapat masyarakat miskin, bahkan banyak dari mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan yang kehidupannya lebih buruk dari orang-orang miskin. Apalagi dibeberapa daerah, kemiskinan mereka di perparah dengan terjadinya bencana musibah seperti yang terjadi di daerah Nangro Aceh, mereka kehilangan rumah, harta, bahkan keluarga.
Ada satu hal yang menarik ketika bencana tsunami terjadi di Aceh. Hal yang menarik ini adalah banyaknya lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengelola hewan qurban untuk disalurkan ke Aceh yang didistribusikan dalam bentuk kornet. Memang untuk kondisi masyarakat Indonesia, hal ini masih belum biasa dilakukan. Berbeda dengan Negara-negara islam lainnya, hal ini sudah biasa dilakukan, seperti Malaysia, Saudi Arabia, Kuwait, dan lainnya. Ada beberapa alasan yang menjadikan Negara-negara tersebut, juga lembaga-lembaga yang mengelola qurban di Indonesia, mengolah hewan qurban dalam bentuk kornet.
Penyebaran hewan Qurban secara optimal dan tepat sasaran tidak lagi menjadi angan-angan belaka. Terbukti, pada setiap bencana yang menghampiri bangsa ini kornet Qurban bisa menjadi salah satu solusi pangan pada saat terjadi bencana. Seperti Banjir Jakarta yang tahun lalu, longsor di Banjar negara, tsunami di Pangandaran, sampai bencana gizi buruk yang melanda beberapa di daerah di tanah air. pembinaannya tidak hanya cukup dengan satu kali daging kurban dibagikan, butuh kontinuitas perbulan atau paling lambat per tiga bulan bisa kita bagikan daging untuk peningkatan gizi. Subhanallah kita berlindung dari perbuatan yang sia-sia.
Berikut Laporan Penyebaran Daging Qurban 1427 H Rumah Zakat Indonesia. silahkan download: di sini