Monday, October 29, 2007

QURBAN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (SUPERQURBAN EDITION) PART III Habis

QURBAN DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (SUPERQURBAN EDITION) PART III Habis
Begitu indah konsep Islam tentang kasih terhadap sesama, sayangnya ini belum sepenuhnya disadari oleh setiap individu muslim. Ironisnya lagi, ini sepenuhnya dipraktikkan oleh saudara kita yang beragama lain. Para missionaris Kristen begitu gigih dan sabar mengunjungi mereka yang tertindas. Mereka datang untuk mengenyangkan perut para fakir-miskin, menutupi tubuh telanjang mereka, dan mengobati sakit mereka. Kaum muslimin lantas hanya mampu cemburu dan marah tanpa mau dan mampu berbuat banyak bagi para dhu’afâ’. Oleh karenanya jangan salahkan jika orang lain memancing di kolam kita, mereka mendapat ikan yang banyak, mengapa? Ikan terpancing karena lapar, sementara kita sebagai pemilik kolam enggan bahkan tidak memberi makan ikan tersebut sesuai dengan tingkat kebutuhannya.


Sekarang kita sama-sama memaklumi, bahwa keadaan masyarakat Indonesia masih banyak yang kekurangan. Di banyak persimpangan jalan masih dapat disaksikan anak-anak usia sekolah mengamen ala kadarnya. Bukan tidak mau sekolah, tetapi bekal apa yang akan dipergunakan untuk sekolah? Ia tidak mampu membayar biaya pendidikan yang cukup tinggi. Masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.


Tidak berlebihan jika ada pandangan, bahwa banyak persoalan masyarakat dunia dan bangsa ini khususnya dipicu dan dipacu oleh minimnya kesadaran berkorban untuk orang lain. Sepertinya budaya masyarakat dan bangsa ini lebih suka mengorbankan orang lain daripada berkorban untuk orang lain. Teman sejawat tega mengorbankan sahabatnya demi kepentingan sesaat. Kakak tanpa rasa malu mengorbankan kepentingan adiknya. Anak tidak segan-segan juga mengorbankan harga diri orang tuanya. Isteri dan suami tanpa malu-malu mengorbankan keharmonisan keluarganya. Para pelajar/mahasiswa tidak peduli lagi dengan nama baik almamaternya. Para pemimpin tidak segan-segan menindas dan mengorbankan kepentingan rakyatnya demi kelanggengan kekayaan dan kekuasaannya. Bangsa yang kuat menindas dan mengorbankan integritas bangsa lain yang lebih lemah.


Sudah saatnya makna qurban direaktualisasikan, yaitu bahwa ibadah qurban harus berdimensi sosial, jangan hanya cukup puas setelah berkorban yang hanya berdimensi individual. Berkorban untuk kepentingan masyarakat banyak lebih baik daripada berkorban untuk kepentingan diri sendiri.


Rasulullah suatu ketika pernah menyeru Allah dengan sebutan ya rabbal mustadh’afîn (wahai Tuhan orang-orang yang lemah dan tertindas), bukan karena Allah adalah milik mereka, tetapi karena meringankan beban hidup yang mereka hadapi. Kita peduli dengan menolong mereka, sama halnya dengan kita menegakkan misi ketuhanan, yaitu melindungi hak hidup setiap makhluk Allah. Jadi, kiranya sangat jelas, betapa syari’at berqurban dalam Islam sangat relevan dan penting peranannya dalam membangun karakter masyarakat dunia dan bangsa yang tercinta ini, sehingga dapat menjadi bangsa yang etis, berperadaban dan berakhlaq mulia. Sebuah hadits yang popular sebagai penutup, Rasulullah SAW bersabda: خَيرٌ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ “Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi sesama manusia”.

Penulis : Alamsyah Nuruzzaman
Cabang : Bandung

No comments: