Tuesday, May 29, 2007

Selamat jalan Sandy

BAYI LAHIR DI RBG YANG TINGGAL KENANGAN
Jakarta,28/5, Bayi yang lahir di RBG Jakarta pada tanggal 28 April 2007, yaitu putra dari pasangan Bapak Sulaeman dengan Ibu Ani Mulyani itu bernama Sandy yang kemudian berubah nama menjadi Rian Apriansyah. Bayi ke 10 (sepuluh) yang mungil dengan berat badan 2,2 kg serta tinggi 3,9 cm yang lahir dalam kondisi fisik cacat atau bibir sumbing itu, kini tinggal kenangan dan pergi meninggalkan kedua orang tuanya untuk menghadap Sang Kholiq untuk selamanya.

Bila kita lihat dari wajah si bayi pada foto di atas, itu adalah saat baru dilahirkan, tentunya kita akan merasa iba, karena melihat kondisi fisik yang sangat memprihatinkan walaupun bayi Rian bukanlah satu-satunya yang lahir dalam kondisi cacat dari anak manusia, tapi itu adalah sebagai salah satu Gambaran atas kekuasaan Allah SWT yang mampu menciptakan berbagai bentuk manusia di muka bumi ini.

Sobat Zakat, setelah Rian dirawat di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih-Jakarta Pusat, semenjak baru di lahirkan di RBG RZI Jakarta, yang terus mendapatkan perawatan secara Intensive dari Dokter setempat itu, akhirnya sampailah batas kehidupan yang harus dijalani di muka bumi. Ahad 27/5/2007 Rian Apriansyah telah Waffat di Rumah Sakit tempat ia dirawat. Dan kemudian di antarkan oleh Ambulance Rumah Zakat Indonesia menuju tempat pemakaman.

Mudah-mudahan dengan kepergian Rian, adalah sebagai benih di syurga, serta penggugur dosa-dosa yang telah diperbuat oleh kedua orang tuanya. Dan mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosa kita semuanya serta menjauhkan dari murka-Nya.Amiin

Penulis : Edi Susilo
Cabang : Jakarta

Read More......

Sunday, May 20, 2007

Bocah Tunanetra Yang Jago Matematika

Dengan langkah yang mantap bocah bertubuh mungil itu mendekat. Jemarinya menjulur kedepan seperti hendak menggapai sesuatu. Diraihnya tanganku bersalaman, seraya menyentuhkan punggung tanganku ke kening halusnya. “Bapak siapa?”,tanyanya dengan suara lembut.

Lani, begitu ia biasa dipanggil. Ia adalah salah satu siswa dari sekolah luar biasa (SLB). Bocah berusia 8 tahun ini memiliki cacat pada matanya. Hal yang membuatnya harus menyandang gelar tunanetra sejak pertama lahir kedunia. Tapi keterbatasannya itu sama sekali tidak mengurangi keceriaannya. Dengan mata putih polosnya, Lani tetap bisa bermain dengan lincahnya bersama teman – temannya.

Lani merupakan anak satu-satunya dari pasangan Sulistiyoko(36) dan Supriapti (28). Sebenarnya Lani lahir bernama Ahmad Fadhila Saputra, tapi karena sakit – sakitan orang tuanya mengganti namanya menjadi Ahmad Jaelani. Ayah Lani bekerja sebagai buruh bangunan sedang Ibunya menjadi TKI di Malaysia sebagai buruh pabrik. Dengan penghalisan yang pas-pasan orang tua Lani membesarkan anak mereka dengan hidup yang sangat sederhana. Saat ini Lani dan ayahnya tinggal di rumah Mbahnya yang bekerja sebagai tukang talang air di kecamatan Medan Tembung.

“Bapak setiap hari bingung, kalau kerja ga bisa mengantar lani, tapi kalau ga kerja ga punya duit”, beber Lani seolah paham kesulitan yang dialami ayahnya.

Saat ini Lani duduk di kelas dasar 1 SLB Melati Aisyiyah. Para Guru sangat menyukai Lani yang dikenal “bijak” ini. Lani sangat menonjol dalam pelajaran hitungan. Saat ditanya apa mata pelajaran kegemarannya, tanpa ragu - ragu ia menjawab, matematika. Mungkin minatnya inilah yang membuatnya dapat dengan cepat mengahafal kode huruf –huruf “breile”, huruf timbul yang digunakan oleh tunanetra. Bahkan cerita dari Kakek Lani, bapak Untung Rianto, kakak sepupu Lani yang normal sering minta diajarkan berhitung pada Lani jika mengerjakan PR matematika bersama.

Orang tua dan keluarga Lani sangat mendukung pendidikannya. Mereka mempunyai harapan yang besar pada bocah yang bercita-cita menjadi penjahit ini. Dengan ilmu yang didapat Lani di sekolah, mereka berharap kelak Lani bisa hdup mandiri. Suatu saat nanti ia akan tumbuh menjadi dewasa, hanya dengan berbekal ilmulah ia dapat terhindar dari kehidupan trotoar pinggir jalan. Haruskah cita dan harapannya pupus begitu saja karena putus sekolah?

SLB Melati Aisyiyah, mendidik anak luar biasa.

Sekolah Luar biasa (SLB) Melati Aisyiyah Wilayah Sumatera Utara merupakan salah satu dari puluhan SLB di SUMUT. Dengan status sebagai sekolah swasta, maka pendanaan sekolah ini sangat tergantung pada bantuan – bantuan dari para dermawan. Biaya uang sekolah sejumlah Rp.50.000,- per bulan yang dibebankan kepada murid juga sering menunggak karena keterbatasan orang tua murid dalam membayarnya. Jumlah murid di sekolah ini sekitar 60 siswa yang sering keluar masuk, 11 guru pengajar, 1 tata usaha dan 1 penjaga asrama.

Yayasan ini juga memiliki panti asuhan, dengan jumlah penghuni 40 anak. Ibu Hj Sari Pili, bendahara panti mengatakan, mereka sangat kesulitan dalam menyediakan makanan buat anak-anak panti. Untuk memenuhi makan anak – anak, pengurus panti menghabiskan 1 karung beras 30 kg dalam 2 hari. Belum lagi mereka harus memilih lauk yang dapat memenuhi asupan gizi anak-anak tersebut. Bahkan tak jarang para guru merelakan uang pribadi mereka untuk membeli bahan makanan anak-anak panti.

Panti ini didirikan pada awal Januari 2003, yang diketuai oleh Ibu Hj Nurlela Dahlan. Selama ini pembiayaan panti didapatkan dari sumbangan yang dikumpulkan Ibu Nurlela ini. Akan tetapi karena usianya yang telah menginjak 75 tahun dan kesehatannya yang sering terganggu maka beliaupun harus lebih banyak berbaring dirumah.

Seperti inilah potret dunia pendidikan untuk penyandang cacat. Yayasan – yayasan Muslim yang bergerak dibidang ini memang sering luput dari kepedulian kita. Apakah karena letaknya yang jauh dari tempat “bermain” kita? atau karena bangunannya yang kecil yang mengakibatkan kita tidak berani menatapnya. Saudara kita disana membutuhkan uluran tangan, sanggupkah kita masih berdiam diri? #amz

Foto : Rumah Zakat bersama Lani (tengah) dan Azi (kanan) di SLB Melati Aisyiyah

Penulis : Andrie Mahriza
Cabang : Medan

Read More......

Tuesday, May 15, 2007

Alhamdulillah, Jari Tangan Danil Tersambung Lagi

Alhamdulillah, Jari Tangan Danil Tersambung Lagi
Danil (15 bulan) sudah sepuluh hari dirawat di RS Selaguri Padang pasca operasi I peyambungan jari tangannya akibat kecelakaan yang dialaminya di dekat rumahnya, 3 Mei 2007 lalu.

Anak keempat pasangan dari Pili dengan Ermawati ini sedang bermain-main dekat rumahnya, kebetulan salah seorang tetangganya sedang menyalakan mesin motor, tak disangka Danil sedang memegang jari-jari di roda motor tetangganya itu. Tak ayal lagi jari-jari kedua tangan Danil tertarik oleh putaran jari-jari roda motor.

Akibatnya semua jari tangan Danil putus, kecuali jari-jari tangan kanannya yakni ibu jari dan setengah kelingkingnya masih bisa selamat. Operasi tahap I dilakukan sehari setelah kejadian yakni penyambungan jari-jari tangan kiri dan alhamdulillah berjalan sukses. Operasi tahap II yakni penyambungan saraf antar jari akan segera dilakukan pada 21 Mei 2007.

Saat ibu Danil, Ermawati dan adiknya masih berada di RS Selaguri , salah seorang yang peduli dengan kondisi mereka yakni Bapak Ari mengurus keperluan terkait biaya operasi Danil, salah satunya saat mengajukan permohonan bantuan ke RZI Cab. Padang. Alhamdulillah tanggal 14 Mei 2007 pukul 11:10 WIB, Rumah Zakat Indonesia berkunjung ke ruang Danil di kamar Mawar IIIB RS Selaguri di JL A. Yani Padang untuk meyerahkan bantuan berupa donasi kepada ibu Danil.
Semoga keluarga Danil dapat tabah mengahadpi cobaan ini dan semakin dekat dengan Allah SWT.

Penulis : Miralyn Afrini
Cabang : Padang

Read More......

Thursday, May 10, 2007

Yang Testimoni...? Berprestasi Lho...

Pada hari Jum'at (11/05) kembali anak asuh Rumah Zakat Indonesia Perwakilan Cirebon bertestimoni di Radar Cirebon. Kali ini giliran Nur Fatur Rohman yang dimuat di koran harian terbesar pertama dan terutama di wilayah pantura ini. Sebelumnya, testimoni menghadirkan Gusti yang berprofesi sebagai tukang semir sepatu.

Diceritakan dalam testimoni tersebut bahwa Nur Fatur Rohman (16) atau lebih akrab dipanggil Nur merupakan salahsatu anak asuh Rumah Zakat Indonesia Perwakilan Cirebon. Dia adalah anak ke-1 dari 3 bersaudara.

Sekitar umur 7 tahun, Nur sudah ditinggal oleh ayahnya. Ayahnya meninggal karena sakit yang cukup lama. Sampai sekarang Ibu Rubae'ah (45) menjadi tulang punggung bagi Nur dan dua orang adiknya yaitu Fathul Majid (6) dan Fathur Rozak (3). Pekerjaan Rubae'ah sehari-harinya adalah sebagai buruh tani di desanya.

Nur kini sekolah di MTS Ponpes Darul Masholeh Kedung Menjangan Desa Kalijaga Kec. Harjamukti Cirebon. Banyak prestasi yang dia dapatkan baik di luar maupun di sekolahnya. Semenjak kelas satu sampai sekarang (kelas dua-red) di MTS Ponpes Darul Masholeh, Nur sering mendapatkan peringkat ke satu dikelasnya. Dia juga menjadi peringkat juara II lomba MHQ (Musabaqoh Hifdzil Qur'an) se-Kota Cirebon serta Juara I lomba Adzan di Ponpes Darul Masholeh. Selain itu aktivitas Nur adalah mengajar privat ngaji untuk anak-anak usia di bawahnya.

" Saya sebagai anak asuh Rumah Zakat Indonesia sangat bersyukur dan berterima kasih atas uluran tangan, bantuan dari para donatur. Semoga tidak merasa jenuh atau bosan dalam membantu saya dan saudara-saudara saya yang lain yang sangat membutuhkan. Dan semoga Allah SWT membalas amal baiknya dengan yang lebih baik " Kata Nur.

Mudah-mudahan dengan adanya testimoni mustahik yang muncul sebulan tiga sampai empat kali di Radar Cirebon ini akan lebih menarik dan menyentuh para muzakki untuk bergabung menjadi donatur atau orang tua asuh Rumah Zakat Cirebon. Sehingga waiting list calon anak asuh yang ada sekarang dapat terkurangi. Amiiin.



Penulis : Warjita
Cabang : Cirebon


Read More......

Tuesday, May 8, 2007

Dibalik RBG Bandung (Bag 3)

Sampai saat ini pelayanan di RBG hanya untuk persalinan normal, sehingga manakala ditemukan persalinan kasus, yang memang bidan tidak berhak untuk menangani, sehingga harus dirujuk ke Rumah Sakit maka ada perasaan berat manakala kita dipaksa oleh kondisi untuk menolak menangani persalinan di RBG
Biasanya mendengar kabar penolakan ini si ibu dan suami tampak kecewa, gelisah, sedih dan bingung memikirkan biaya yang harus mereka siapkan, karena mereka datang ke RBG dengan penuh harapan bahwa RBG merupakan solusi bagi mereka, tapi pada kenyataannya mereka harus dirujuk.
Kita mengupayakan fasilitas ASKIN untuk meringankan biaya mereka, tapi informasi yang didapat dari keluhan pasien yang kita rujuk, seringkali RS yang kita tuju dengan berbagai alasan menolak pasien ASKIN atau minimal sering pelayanan yang dilakukan kurang sempurna.
padahal pasien askin juga punya hak untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari mereka.
Dengan kondisi seperti ini tidak heran banyak masyarakat yang enggan ke RS, walaupun mereka tidak bayar. Inilah kenyataan yang terjadi.
Semoga kehadiran RBG bisa memberikan setitik harapan untuk membenahi masalah kesehatan ibu dan anak khususnya.
Dan saya sangat mendukung mengenai perencanaan ke depan RBG untuk menjadi RS semoga segera terealisasikan, agar kita menjadi percontohan RS yang bisa membantu umat sebanyak mungkin khususnya dhuafa dengan pelayanan yang terbaik, amin…

Penulis : Siti Muslihat
Cabang : Bandung

Read More......

Monday, May 7, 2007

Dibalik RBG Bandung (Bag 2)

Cerita manis dan pahit merupakan anugerah terindah yang Alloh berikan kepada RBG. Tapi lebih manis lagi ketika Alloh memberikan ujian pada kita melalui pasien yang pathologis.
Ketika itu tanggal 13 maret 2007 jam 21.30 WIB Ny R dari cimahi seorang member yang telah merasakan mules-mules mau melahirkan tetapi mereka tidak cukup biaya untuk menyewa angkutan menuju RBG, akhirnya Tim RBG dengan ambulance pada pukul 21.30 WIB menuju lokasi yang berjarak sekitar 20 km untuk menjemput Ny R, karena khawatir melahirkan di perjalanan kita siapkan alat persalinan. Ternyata sesampainya di rumah Ny R, beliau telah “ngeden” 1 jam yang lalu dan pembukaannya telah lengkap serta kepala bayi sudah didasar panggul, ini artinya bayi akan segera lahir.
Dengan kondisi ruangan serta kasur yang lepek serta penerangan lampu yang kurang mendukung kelahiran bayi, ternyata bayi mengalami “asfiksia berat”(kegagalan bernafas sesaat setelah bayi lahir dengan salah satu tandanya bayi tidak segera menangis, kulitnya pucat, geraknya lemah.
Dengan kondisi seperti itu tidak pikir panjang lagi kami segera membawa ke Rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih intensif. Alhamdulillah bayi Ny R masih bisa diselamatkan. Sayangnya obat untuk bayi ini habis, sehingga harus mencari ke apotik luar. Sekitar jam 2 malam dengan berjalan kaki kami mencari obat ke apotek diluar Rumah sakit.
Laki-laki malam yang berkeliaran serta kejaran Anjing menambah rasa takut yang bercampur aduk dengan rasa khawatir akan keselamatan diri, namun dorongan kuat untuk menyelamatkan sang bayi lah yang membuat kami berani menghadapi rintangan tadi…subhanalloh sungguh berat perjuangan ini, butuh ekstra kuat untuk menghadapinya.
Tapi saya yakin Alloh SWT selalu melindungi orang yang berjuang di jalannya.
bersambung

Penulis : Siti Muslihat
Cabang : Bandung

Read More......

Sunday, May 6, 2007

Dibalik RBG Bandung (Bag 1)

Subhanallah tak terasa usia RBG Bandung kini sudah hampir setengah tahun, banyak sekali tugas dan amanah menjadi bidan di RBG yang meliputi kesehatan ibu dan anak
Kegiatan pelayanan yang menjadi fokus RBG adalah penanganan persalinan. Layanan ini dilakukan 24 jam dan hampir 90% persalinan terjadi di malam hari dan menjelang subuh bahkan terkadang disaat kita seharusnya berlibur.
Entah kenapa banyak terjadi pada waktu -waktu tersebut, mungkin bila dikaitkan dengan dunia fisika bahwa tekanan/gelombang suara pada malam hari sama halnya/setara dengan gelombang suara yang ada di dalam perut ibu, jadi efeknya banyak ibu yang melahirkan pada malam hari.
Apapun penyebabnya atau kapan pun waktunya ibu melahirkan, kita tidak bisa menolak karena itu sudah menjadi tugas dan amanah bagi kita untuk selalu siap kapan pun waktunya untuk membantu umat. Walau kadang resiko menjadi “akhwat malam dan akhwat panggilan”(maksudnya on call untuk persalinan) melekat di profesi kita sebagai bidan. Tapi tak apalah bila ini resiko sebagai wujud dedikasi kita kepada lembaga semoga Alloh SWT selalu memberikan keikhlasan disetiap langkah.
Banyak sekali cerita manis, tegang bahkan tangisan bahagia.
Detik-detik menjelang persalinan tidak pernah kita lewatkan moment ini dengan alunan tilawah, asmaul husna bahkan nasyid-nasyid yang menggetarkan jiwa dan membangkitkan semangat ibu untuk berjuang melahirkan buah hati tercinta.
Saat puncak mules si ibu dianjurkan untuk menarik nafas panjang-panjang dan mengucapkan “BismillahiAllohuakabar”, perjuangan ibu baru dimulai, keringat terkuras, urat-urat tegang tapi ibu tetap semangat dan dengan dukungan suami yang terus setia mendampingi ibu. Dan Alhamdulillah akhirnya sibuah hati telah lahir kedunia tangisannya menggetarkan dunia, dan suara adzan sang ayah berkumandang hingga menggetarkan jiwa yang mendengarnya dan sujud syukur yang dilakukan membuktikan rasa syukur terdalam kepada sang Kholik yang dengan kekuasaannya persalinan berjalan normal. (bersambung)

Penulis : Siti Muslihat
Cabang : Bandung

Read More......

Thursday, May 3, 2007

Kisah Pilu Bayi Sandi

Sabtu, 28 April 2007, Suara tangisan bayi itu terdengar kembali dari ruang bersalin Rumah Bersalin Gratis(RBG) RZI Jakarta tepat pkl.17.20 Wib. Tangisan itu adalah putra ke 10 (sepuluh) , Sandi Apriansyah namanya. Tiada yang menyangka dan tiada yang menduga, putra dari ibu Ani Mulyani yang ke 4 itu lahir dengan kondisi cacat fisik “bibir sumbing yang parah”, ditambah dengan berat badan lahir rendah 2,2 kg dan tinggi 39 cm. Tentunya membuat perasaan Ibu yang berumur 36 tahun itu sedih dan pilu, karena tiga anaknya yang lain lahir dalam kondisi fisik normal. “Allah Maha Kuasa atas segalanya”.

Saat menjelang persalinan, kru RBG sempat berbincang dengan Bang Eman yang sedang menunggui Istrinya (ibu Ani). Bang Eman setiap harinya hanyalah sebagai tukang ojek di kawasan pasar pramuka. Dari profesi yang sudah di jalaninya lebih dari dua tahun itu, Bang Eman hanya mendapatkan  Rp 35.000.00,-/hari, itupun kalau ada yang menggunakan jasanya. Padahal Bang Eman yang mempunyai nama lengkap Sulaeman itu, harus membayar sewa kontrakan rumah Rp.400.000.00,-/bulan, dan untuk menghidupi keluarganya, serta menyekolahkan anak ke tiganya yang masih duduk di kelas enam SD. Maklum Jakarta, mana cukup uang segitu…

Karena keterbatasan peralatan di RBG, akhirnya bidan Ratih segera meminta kru RBG segera menghubungi Rumah Sakit yang menerima pasien NICU. Setelah dihubungi, ke beberapa Rumah Sakit ada salah satu Rumah Sakit pemerintah di Jakarta mengatakan ada kamar kosong. Maka segeralah Ambulance RBG yang dikemudikan oleh Mas Darmo meluncur ke Rumah Sakit membawa pasien serta kru RBG. Setelah sampai, kita langsung mengatakan bahwa kita yang tadi telepon dari RBG Rumah Zakat. Tapi apa boleh dikata, setelah melihat kondisi Sandi dan mengetahui bahwa orangtuanya tidak mampu alias miskin, dengan entengnya petugas rumah sakit mengatakan sudah tidak ada lagi kamar kosong alias penuh, padahal tadi pas ditelepon ada kamar kosong. Masya Allah... pada saat itu keluarga pasien sudah pasrah.

Pada kondisi yang sulit, akhirnya keputusan tepat itu di ambil, Ambulance segera meluncur ke Rumah Sakit Islam yang berada di kawasan Cempaka Putih. Setelah sampai, kru RBG disambut baik oleh petugas, dan Sandi pun langsung mendapatkan perawatan intensif. Kru RBG langsung membayar DP sebesar Rp.1.000.000.00,- untuk biaya kamar perawatan Sandi selama sepuluh hari. Hingga sekarang (4/5) Sandi masih dirawat di Rumah Sakit Islam, alhamdulillah dokter spesialis anak yang menangani baik sekali, beliau bilang kepada Bang Eman ”Bapak seharusnya bersyukur, Bidan itu tanggung jawabnya sampai anak bapak lahir, ga sampe ngurus2 ke RS, bapak jangan menyalahkan bidan. Sudah bapak urus Gakin ya..." lega hati kami jadinya.

“Semoga Allah memberikan kemudahan dan ketabahan kepada keluarga Pak Sulaeman, dan Allah mengampuni dosa-dosa kami serta menjauhkan kami dari Murka Nya”

-Penulis : Edi Susilo (Kru RBG Jakarta)-
-Pengirim :
Jaya Saputra
Cabang : Jakarta

Read More......

Wednesday, May 2, 2007

Banjir di Bandung

Bandung, Kamp Parung Halang Kel. Andir RW 01 dan RW 02 serta RW 02 Kamp Uak Kec Bale Endah Kab Bandung yang terletak sekitar 50 km kearah selatan kota Bandung tergenang banjir selama dua hari terakhir yang mengakibatkan sekitar 500 rumah penduduk terendam air, pasalnya daerah tersebut sebelumnya dua hari berturut-turut diguyur hujan sehingga arus sungai citarum meluap dan meluber dan menggenangi perumahan warga sekitar bantaran sungai.Walau banjir yang datang sudah bisa diperkirakan karena memang sudah menjadi rutinitas tahunan, Yati (35) enggan meninggalkan kampung halamannya.


Di Kab Bandung, luapan sungai Citarum hampir menenggelamkan tiga desa yang memang berada bebrapa meter saja jaraknya dari tanggul sungai tersebut.


Selasa (1/5) Rumah Zakat Indonesia melalui Relawannya mengunjungi beberapa tempat yang masih menyisakan bekas banjir untuk mengadakan aksi sosial. Dengan membawa 150 Kaleng Superqurban (kornet hasil qurban-red), 150 Kaleng Siaga Gizi Nusantara (makanan siap santap), pakaian layak pakai, 58 bungkus deterjen, 10 dus pembersih lantai.


Bantuan yang merupakan amanah dari donatur Rumah Zakat diberikan Didin Jaenudin, Youth Care Officer Cab Bandung kepada Atang (42) salah satu tokoh setempat dan kemudian akan didistribusikan ke setiap warga yang merupakan korban banjir.


Selain memberikan bantuan bahan makanan Rumah Zakat juga mendatangkan satu unit mobil ambulans untuk menggelar serangkaian balai pengobatan gratis kepada warga sekitar RW 01 Parung Halang Kel. Andir yang lebih banyak terserang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan gatal-gatal pada sebagian badannya. Untuk melayani pasien yang berjumlah 300 orang Rumah Zakat sengaja menerjunkan tiga orang dokter yang dibantu oleh enam orang Relawan dan beberapa apoteker.


Walaupun banjir sebelumnya mencapai ketinggian dua ratus centimeter yang menggenangi area perumahan warga sudah surut, warga masih disibukkan dengan membersihkan sisa lumpur yang dibawa oleh arus luapan sungai Citarum dan membersihkan peralatan rumah tangga serta mejemur tempat tidur.

Penulis : Alamsyah Nuruzzaman
Cabang : Bandung

..: Print :..

Read More......