Thursday, May 3, 2007

Kisah Pilu Bayi Sandi

Sabtu, 28 April 2007, Suara tangisan bayi itu terdengar kembali dari ruang bersalin Rumah Bersalin Gratis(RBG) RZI Jakarta tepat pkl.17.20 Wib. Tangisan itu adalah putra ke 10 (sepuluh) , Sandi Apriansyah namanya. Tiada yang menyangka dan tiada yang menduga, putra dari ibu Ani Mulyani yang ke 4 itu lahir dengan kondisi cacat fisik “bibir sumbing yang parah”, ditambah dengan berat badan lahir rendah 2,2 kg dan tinggi 39 cm. Tentunya membuat perasaan Ibu yang berumur 36 tahun itu sedih dan pilu, karena tiga anaknya yang lain lahir dalam kondisi fisik normal. “Allah Maha Kuasa atas segalanya”.

Saat menjelang persalinan, kru RBG sempat berbincang dengan Bang Eman yang sedang menunggui Istrinya (ibu Ani). Bang Eman setiap harinya hanyalah sebagai tukang ojek di kawasan pasar pramuka. Dari profesi yang sudah di jalaninya lebih dari dua tahun itu, Bang Eman hanya mendapatkan  Rp 35.000.00,-/hari, itupun kalau ada yang menggunakan jasanya. Padahal Bang Eman yang mempunyai nama lengkap Sulaeman itu, harus membayar sewa kontrakan rumah Rp.400.000.00,-/bulan, dan untuk menghidupi keluarganya, serta menyekolahkan anak ke tiganya yang masih duduk di kelas enam SD. Maklum Jakarta, mana cukup uang segitu…

Karena keterbatasan peralatan di RBG, akhirnya bidan Ratih segera meminta kru RBG segera menghubungi Rumah Sakit yang menerima pasien NICU. Setelah dihubungi, ke beberapa Rumah Sakit ada salah satu Rumah Sakit pemerintah di Jakarta mengatakan ada kamar kosong. Maka segeralah Ambulance RBG yang dikemudikan oleh Mas Darmo meluncur ke Rumah Sakit membawa pasien serta kru RBG. Setelah sampai, kita langsung mengatakan bahwa kita yang tadi telepon dari RBG Rumah Zakat. Tapi apa boleh dikata, setelah melihat kondisi Sandi dan mengetahui bahwa orangtuanya tidak mampu alias miskin, dengan entengnya petugas rumah sakit mengatakan sudah tidak ada lagi kamar kosong alias penuh, padahal tadi pas ditelepon ada kamar kosong. Masya Allah... pada saat itu keluarga pasien sudah pasrah.

Pada kondisi yang sulit, akhirnya keputusan tepat itu di ambil, Ambulance segera meluncur ke Rumah Sakit Islam yang berada di kawasan Cempaka Putih. Setelah sampai, kru RBG disambut baik oleh petugas, dan Sandi pun langsung mendapatkan perawatan intensif. Kru RBG langsung membayar DP sebesar Rp.1.000.000.00,- untuk biaya kamar perawatan Sandi selama sepuluh hari. Hingga sekarang (4/5) Sandi masih dirawat di Rumah Sakit Islam, alhamdulillah dokter spesialis anak yang menangani baik sekali, beliau bilang kepada Bang Eman ”Bapak seharusnya bersyukur, Bidan itu tanggung jawabnya sampai anak bapak lahir, ga sampe ngurus2 ke RS, bapak jangan menyalahkan bidan. Sudah bapak urus Gakin ya..." lega hati kami jadinya.

“Semoga Allah memberikan kemudahan dan ketabahan kepada keluarga Pak Sulaeman, dan Allah mengampuni dosa-dosa kami serta menjauhkan kami dari Murka Nya”

-Penulis : Edi Susilo (Kru RBG Jakarta)-
-Pengirim :
Jaya Saputra
Cabang : Jakarta

No comments: