Sunday, May 20, 2007

Bocah Tunanetra Yang Jago Matematika

Dengan langkah yang mantap bocah bertubuh mungil itu mendekat. Jemarinya menjulur kedepan seperti hendak menggapai sesuatu. Diraihnya tanganku bersalaman, seraya menyentuhkan punggung tanganku ke kening halusnya. “Bapak siapa?”,tanyanya dengan suara lembut.

Lani, begitu ia biasa dipanggil. Ia adalah salah satu siswa dari sekolah luar biasa (SLB). Bocah berusia 8 tahun ini memiliki cacat pada matanya. Hal yang membuatnya harus menyandang gelar tunanetra sejak pertama lahir kedunia. Tapi keterbatasannya itu sama sekali tidak mengurangi keceriaannya. Dengan mata putih polosnya, Lani tetap bisa bermain dengan lincahnya bersama teman – temannya.

Lani merupakan anak satu-satunya dari pasangan Sulistiyoko(36) dan Supriapti (28). Sebenarnya Lani lahir bernama Ahmad Fadhila Saputra, tapi karena sakit – sakitan orang tuanya mengganti namanya menjadi Ahmad Jaelani. Ayah Lani bekerja sebagai buruh bangunan sedang Ibunya menjadi TKI di Malaysia sebagai buruh pabrik. Dengan penghalisan yang pas-pasan orang tua Lani membesarkan anak mereka dengan hidup yang sangat sederhana. Saat ini Lani dan ayahnya tinggal di rumah Mbahnya yang bekerja sebagai tukang talang air di kecamatan Medan Tembung.

“Bapak setiap hari bingung, kalau kerja ga bisa mengantar lani, tapi kalau ga kerja ga punya duit”, beber Lani seolah paham kesulitan yang dialami ayahnya.

Saat ini Lani duduk di kelas dasar 1 SLB Melati Aisyiyah. Para Guru sangat menyukai Lani yang dikenal “bijak” ini. Lani sangat menonjol dalam pelajaran hitungan. Saat ditanya apa mata pelajaran kegemarannya, tanpa ragu - ragu ia menjawab, matematika. Mungkin minatnya inilah yang membuatnya dapat dengan cepat mengahafal kode huruf –huruf “breile”, huruf timbul yang digunakan oleh tunanetra. Bahkan cerita dari Kakek Lani, bapak Untung Rianto, kakak sepupu Lani yang normal sering minta diajarkan berhitung pada Lani jika mengerjakan PR matematika bersama.

Orang tua dan keluarga Lani sangat mendukung pendidikannya. Mereka mempunyai harapan yang besar pada bocah yang bercita-cita menjadi penjahit ini. Dengan ilmu yang didapat Lani di sekolah, mereka berharap kelak Lani bisa hdup mandiri. Suatu saat nanti ia akan tumbuh menjadi dewasa, hanya dengan berbekal ilmulah ia dapat terhindar dari kehidupan trotoar pinggir jalan. Haruskah cita dan harapannya pupus begitu saja karena putus sekolah?

SLB Melati Aisyiyah, mendidik anak luar biasa.

Sekolah Luar biasa (SLB) Melati Aisyiyah Wilayah Sumatera Utara merupakan salah satu dari puluhan SLB di SUMUT. Dengan status sebagai sekolah swasta, maka pendanaan sekolah ini sangat tergantung pada bantuan – bantuan dari para dermawan. Biaya uang sekolah sejumlah Rp.50.000,- per bulan yang dibebankan kepada murid juga sering menunggak karena keterbatasan orang tua murid dalam membayarnya. Jumlah murid di sekolah ini sekitar 60 siswa yang sering keluar masuk, 11 guru pengajar, 1 tata usaha dan 1 penjaga asrama.

Yayasan ini juga memiliki panti asuhan, dengan jumlah penghuni 40 anak. Ibu Hj Sari Pili, bendahara panti mengatakan, mereka sangat kesulitan dalam menyediakan makanan buat anak-anak panti. Untuk memenuhi makan anak – anak, pengurus panti menghabiskan 1 karung beras 30 kg dalam 2 hari. Belum lagi mereka harus memilih lauk yang dapat memenuhi asupan gizi anak-anak tersebut. Bahkan tak jarang para guru merelakan uang pribadi mereka untuk membeli bahan makanan anak-anak panti.

Panti ini didirikan pada awal Januari 2003, yang diketuai oleh Ibu Hj Nurlela Dahlan. Selama ini pembiayaan panti didapatkan dari sumbangan yang dikumpulkan Ibu Nurlela ini. Akan tetapi karena usianya yang telah menginjak 75 tahun dan kesehatannya yang sering terganggu maka beliaupun harus lebih banyak berbaring dirumah.

Seperti inilah potret dunia pendidikan untuk penyandang cacat. Yayasan – yayasan Muslim yang bergerak dibidang ini memang sering luput dari kepedulian kita. Apakah karena letaknya yang jauh dari tempat “bermain” kita? atau karena bangunannya yang kecil yang mengakibatkan kita tidak berani menatapnya. Saudara kita disana membutuhkan uluran tangan, sanggupkah kita masih berdiam diri? #amz

Foto : Rumah Zakat bersama Lani (tengah) dan Azi (kanan) di SLB Melati Aisyiyah

Penulis : Andrie Mahriza
Cabang : Medan

No comments: