Monday, February 26, 2007

Tetap Bugar di Musim Hujan

Musim hujan, apalagi diikuti dengan banjir seperti saat ini, merupakan ancaman yang tak bisa dipandang remeh buat kesehatan. Kondisi ini memungkinkan bakteri dan virus bertebaran di lingkungan sekitar kita. Virus dan kuman tersebut bisa datang dari lingkungan sekitar yang tidak sehat, bisa pula dari makhluk hidup seperti manusia atau binatang.

Virus dan kuman itu mudah mendatangkan berbagai jenis penyakit. Sebut saja misalnya, influenza, diare, demam berdarah, penyakit kulit (gatal-gatal), ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), sampai leptospirosis. Karena itu, upaya pencegahan terhadap berbagai penyakit tersebut perlu menjadi perhatian.

Jaga kebersihan lingkungan
Menjaga kebersihan lingkungan adalah cara terbaik untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit di musim seperti ini. Sisa-sisa genangan air misalnya, berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk. Bukan tidak mungkin di antara jentik-jentik tersebut terdapat jentik nyamuk malaria atau deman berdarah yang mematikan itu.

Tak hanya jentik nyamuk, musim hujan juga memudahkan penyebaran virus dan bakteri yang menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit. ''Paling banyak influenza,'' tutur dr Budi Setiawan SpPD, spesialis penyakit dalam dari Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Lingkungan yang tidak bersih akibat musim hujan dan banjir juga mudah mengundang penyakit diare. Penyakit ini ditandai dengan buang air besar lebih dari tiga kali sehari yang terkadang disertai darah dan lendir, muntah, panas, dan badan lemah. Bakteri penyebab diare biasanya masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman.

Infeksi saluran pernapasan juga perlu diwaspadai. Penyakit ini ditandai dengan batuk-batuk, pilek, dan panas. Kuman penyebab infeksi bisa datang dari lingkungan yang tidak sehat atau makhluk hidup seperti manusia atau binatang. ''Kuman tersebut mudah menyerang, seiring menurunnya daya tahan tubuh,'' kata Budi.

Banjir yang melanda di beberapa tempat, terutama di Jakarta, berpotensi pula mengundang virus leptospira. Ini adalah virus yang dikeluarkan lewat air kemih binatang pengerat seperti tikus. Kontak dengan air kemih itulah yang bisa membuat seseorang terinfeksi virus leptospira sehingga timbullah penyakit leptospirosis.

Penyakit ini ditandai oleh sejumlah gejala antara lain: demam tinggi yang disertai menggigil, sakit kepala, lesu dan lemah, muntah, radang mata, serta nyeri otot betis dan punggung. Gejala-gejala itu akan tampak dalam waktu 4 - 9 hari. Ada yang khas dari penyakit ini, yakni mata merah, rasa silau bila terkena cahaya, dan badan jadi kuning.

Jika tak segera diobati, gejala ini akan bertambah parah. Pada stadium lanjut, penyakit ini bisa menyebabkan kematian. Sebaliknya, jika segera ditangani, penyakit ini cukup mudah disembuhkan. Obatnya juga murah dan mudah didapat yakni antibiotik golongan penisilin.

Sebaliknya, jika tak segera ditangani, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi. Seperti apa komplikasinya? Hal itu sangat tergantung pada penyebaran infeksi ke organ dalam tubuh. Biasanya, organ dalam yang rentan terserang adalah hati (lever), ginjal, pankreas, jantung, dan otak.

Jaga daya tahan tubuh
Mencegah jauh lebih baik ketimbang mengobati. Prinsip ini juga penting diterapkan untuk menjaga kesehatan di musim hujan dengan potensi banjir di banyak tempat. ''Lingkungan perlu dijaga supaya bakteri tidak mudah menyebar,'' pesan Budi.

Daya tahan tubuh juga perlu dijaga. Caranya, perhatikan asupan gizi dengan mengonsumsi makanan yang bersih dan bergizi. Soal menjaga daya tahan tubuh menjadi penting karena dalam kondisi hujan, apalagi disertai banjir, daya tahan tubuh cenderung menurun.

Untuk mencegah penyakit diare, Budi menyarankan untuk menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi. Untuk itu, jangan lupa selalu mencuci tangan dengan sabun, baik sebelum makan, saat mengolah maknan, maupun setelah buang air besar. Intinya, hindari makanan dan minuman yang tidak terjamin kebersihannya.

Makanan yang belum dikonsumsi sebaiknya ditutup rapat-rapat agar tidak dihinggapi binatang penyebar kuman, semisal lalat. ''Tak kalah pentingnya adalah menjaga kebersihan diri, rumah, dan lingkungan.'' Masyarakat yang lingkungannya terkena banjir, menurut Budi, memang riskan terhadap sumber air bersih. Walau begitu, kebersihan makanan dan minuman tetap perlu diperhatikan. Sebelum dikonsumsi, masaklah makanan dan minuman itu dengan benar. ''Dan agar tidak terserang penyakit kulit, mandi pun harus dengan air bersih.''

Bagaimana dengan ancaman penyakit leptospirosis? Sedapat mungkin, kata Budi, hindari kontak dengan air kencing binatang pengerat seperti tikus. Untuk itu, sebaiknya tidak bersentuhan dengan air kotor. Tapi memang, hal itu agak sulit dilakukan terutama bila lingkungan sekitar kita dilanda banjir. ''Alternatifnya, pakai alas kaki bila bersentuhan dengan air kotor, meski itu juga bukan jaminan.''

Apa boleh buat, musim penghujan ini memang harus kita hadapi. Agar tetap bugar, pandai-pandailah membentengi diri dari berbagai ancaman penyakit yang telah disebutkan di atas. Khusus pada lingkungan yang kotor akibat banjir, Budi menyarankan perlunya bergotong-royong membersihkannya. Anda siap bukan melakukannya?


Sumber : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=282230&kat_id=123

No comments: